Sabtu, 02 Desember 2017

Kasihan atau bersyukur?

Aku mau berbagi cerita mengenai apa yang aku lihat saat pulang kuliah 2 hari yang lalu tepatnya hari selasa 28 Nov 2017.

Hari itu gatau ada apa tapi ga seperti biasanya maceetttt bangettt, yang biasanya dari kantor ke kampus cuma kurang dari 1 jam (ini udah termasuk macet yang biasanya ya), hari itu malah 1,5 jam baru sampai.

Kebetulan naik motor berdua sama temen, jadi bisa gantian bawa motornya
Tapi karena macet, badan berasa banget pegelnya, yang dibonceng juga ngantuk karena jalan macet parah
Pulang kuliah seperti biasa jam 9 keluar kelas, karena kita Mahasiswi kupu-kupu (kuliah pulang), ya keluar langsung cuss pulang. Karena udah capek, besok harus kerja lagi dan arah rumah juga lumayan jadi males nongkrong-nongkrong kalau pulang kuliah

Dan ga biasanya juga pulang kuliah udah jam 9 malam jalanan masih macet bangettt, yang biasanya dari tebet ke pancoran lancar, ini motor jalan selangkah-selangkah

Nah disaat itu lah Aku melihat hal yang menarik perhatian, dipinggir jalan yang lagi macet ada 1 keluarga yang tinggal di grobak, rumah yang hanya beratapkan langit dan sempit
Di sana ada 1 anak laki-laki dan perempuan yang lagi tidur di dalam grobak, ada juga balita perempuan duduk di dekat gagang grobak belum tidur dan ada 1 Ibu duduk di trotoar dekat grobak, entah suami ada di mana, ga sempat lihat lagi.

Nah dari pemandangan itu, Aku yang dasarnya gampang banget terharu jadi ga sadar ngeluarin air mata dan untungnya itu malam hari
di situ langsung mikir dan kasihan juga ngelihat mereka tanpa rumah, grobak yang sempit hanya untuk meluruskan kaki

Di atas motor tuh sambil ngebayangin apa yang Ibu itu pikirin, entah mikirin keadaan dia dan anak-anak yang setiap hari harus berpindah-pindah tempat dan tidur di atas grobak, ga kaya kita yang punya tempat tinggal nyaman, tidur diatas kasur, ada kamar mandi pula. Mereka?

Sedih ketika membayangkan jika keluarga ku yang seperti itu, ga tega melihat Ibu duduk di trotoar malam hari, sedangkan di depannya banyak orang dengan motor dan mobil mewahnya lalu lalang.
Memikirkan Ibu itu sedih dengan apa yang dia jalani, pasti hatinya sedih melihat keadaan anak-anak nya yang harusnya bisa dia bahagiakan dengan kehidupan yang lebih layak

Air mata tak bisa lagi terbendung, entah apa yang Aku rasa saat itu?
Kasihan dengan keadaan mereka dan bersyukur Aku dalam keadaan lebih baik dari mereka
Mau bantu? Aku harus apa?
Sedih, Aku disini bisa dengan gampangnya beli ini itu, jalan-jalan ke mana aja, makan enak di mana aja...
Sedangkan mereka ???
Aku cuma ga sanggup membayangkan jika Aku di posisi mereka?
apa aku setegar dan lapang menerima kedaaan itu ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar