Rabu, 19 Agustus 2015

Cerpen 2 : Mencintai (dalam diam)

Seorang barista menghampiriku yang tengah duduk dan melamun di meja paling pojok dekat jendela di cafe ini, yang tentu saja membuyarkan lamunanku dan dia seraya berkata " Mau pesan apa kak ? " " Cappucino Float satu " setelah barista itu pergi untuk memenuhi pesananku, aku kembali pada lamunanku 2 minggu lalu.
Aku datang ke cafe ini dengan seseorang, seseorang yang sudah satu setengah tahun menjadi sahabatku, seseorang yang tepatnya Aku cintai (dalam diam).
Aku memang suka mengajak dia untuk singgah sekedar merenggangkan otak setelah seharian bekerja ditambah jalan ibu kota yang selalu ramai padat pada sore hari.
"hem... cafe ini memang sangat nyaman untuk bersantai ya! aku penat banget seharian di kantor" kataku pada Falen
"iya, ra" sambil mengangguk setuju
"eh iya ra, aku ada kabar gembira nih!" ucapnya dengan ekspresi penuh kegembiraan.
"kabar apa? ayo cepat kasih tau aku, Len!" kataku dengan bersemangat.
"iya sabar, Tiara" seraya kedua tangannya memcubit pipiku,
"ih apa sih! sakit tau! cerita aja sih"
"emm, A-aku sudah jadian sama Rana, Ra!!"
*Deg !!! jantungku seakan berhenti sejenak. entah aku harus senang atau sedih dihadapannya karena akhirnya dia telah bersama wanita yang dia suka selama ini*

"Ra? Ra? hey !!! ko diem aja sih? komentar ke atau kasih selamat gitu" kata Falen sambil melambaikan tangan tepat di depan wajahku.
"eh, e-emm i-iiya Aku seneng ko kamu akhirnya bisa sama dia, selamat ya semoga hubungan kalian baik baik aja" aku berkata dengan senyum tipis yang dipaksakan.
"Iya iya makasih ya Tiara sahabatku yang paliiing pengertian !! :)
*ya aku hanya seorang sahabat baginya dan tak lebih dari itu*
 Kira-kira seperti itu lah kejadian 2 minggu lalu yang membuat kedekatanku dan Falen semakin renggang, ya sudah ada seseorang yang menggantikan posisiku untuknya.

"Permisi, ini kak pesanannya. ada yang mau dipesan lagi kak?" tiba-tiba barista itu membuyarkan kenanganku akan hari itu, dia mengantarkan pesananku.
"oh iya, ini saja dulu Mas, yang lainnya nanti saja. makasih ya" ucapku seraya tersenyum. Dan ternyata pada hari itu juga seseorang yang ada dipikiranku dateng ke cafe ini dan tentunya dengan pasangannya, ya dia Falen dan Rana.
Mereka memasuki cafe dan duduk di meja tepat dua baris di depanku, tiba-tiba Falen maju keatas panggung.
"hah? untuk apa dia disana?" ucapku dalam hati.

Dia mengeluarkan secarik surat dengan amplop warna Biru seketika aku langsung mengenali amplop itu, ya... itu adalah surat yang aku tinggalkan di depan pintu kostnya.
Falen sudah tepat di tengah panggung dan sepertinya dia melihat kearah ku, dan dia mulai berkata :
"Selamat malam, semuanya!
Saya disini ingin membacakan isi surat dari seseorang sahabat, sahabat yang pertama kali mengenalkan saya pada cafe ini, disini lah saya dan dia selalu menghabiskan waktu sore kami.
Terutama Saya ingin meminta maaf karena tak bisa membalas perasaan saya pada nya, maafkan aku, Tiara!" sekatika aku menangis di mejaku.  

"Dear Falen, 
Detik ini aku sadar akan kenyataan ini 
tak ada kamu yang menemaniku... 
tak tahu ku melepas rindu pada siapa? 
tak tahu menumpahkan kasih sayang pada siapa? 
karena kamu telah bersamanya... 
tak seperti dahulu, kita selalu bersama walau hanya sebatas sahabat bagimu 
Mudah bagiku tuk melepas semua yang ku rasa 
air mata ini menjadi bukti ketulusanku 
Apa yang harus aku lakukan? 
agar kau mengerti apa yang aku rasa 
sungguh, aku sedih ketika pertama tahu kau telah bersamanya 
Semua begitu cepat bagiku... 
Terima kasih telah hadir dihidupku, Len :) Tiara" 

Setelah Falen membacakan suratku, akupun langsung beranjak keluar cafe ini.


Qonita.

Aku dan Cadar

Sewaktu kecil, jika aku melihat Muslimah bercadar yang terbesit dipikiranku ialah
*apa ga gerah pakai itu?, emangnya ga ribet ya aktivitas dengan pakaian yang terlalu panjang dan lebar?, dan kan kalau pakai cadar ga bisa dikenali orang".

Itu juga yang membuatku tak ada niatan memakai cadar walau sudah berhijab.
Tapi, Aku tidak setuju jika Wanita bercadar itu dicap Teroris, Ekstrimis, istri terorislah, bahkan suka diejek Ninja.

Ya! aku tak sependapat dengan mereka yang melabeli wanita bercadar seperti itu. Karena aku tahu itu adalah pakaian syar'i sebagai Muslimah dan Allah suka akan hal itu.
Dari artikel yang pernah aku baca, wajib atau sunnah nya memakai cadar itu tergantung kita meyakininya. kalau kamu meyakini bercadar itu wajib, sesulit apapun kondisinya, bahkan sesulit apapun kamu meminta izin kepada orangtuamu, kamu harus tetap memperjuangkan cadarmu itu.
Tetapi jika sebaliknya, ya tidak apa-apa karena sunnah *dikerjakan dapat pahala, tidak ya tak berdosa*, kalian juga pasti tahu aurat wanita dari ujung rambut hingga kaki terkecuali wajah dan telapak tangan.

Setelah bertambahnya usia dan menuju dewasa, aku mengerti akan semua itu.
Sekarang, ketika aku melihat wanita bercadar aku kagum terhadap mereka, sebagai muslimah mereka lebih terlihat Anggun ditambah akhlaq yang santun dan rata-rata mereka itu cantik, bersih bak Bidadari Dunia. Allah sungguh memilih mereka agar tetap bersama-nya.

*Seindah-indahnya perhiasan dunia ialah wanita sholeha*

Hidup

Hidup memang harus terus berjalan dan waktu tak dapat dikembalikan apalagi dihentikan sejenak. Dalam kesendirian dan lamunanku, aku dapat selalu membayangkan masa depan yang indah dan tentunya bersama orang-orang yang aku cintai.
Ingin rasanya ku gapai masa depan yang indah secara mulus sesuai dengan keinginanku, ingin langsung menjadi orang yang sukses dan dapat membahagiakan orangtua tentunya.
Tapi aku tau, hidup untuk mencapai apa yang kita inginkan tak semudah apa yang aku lamunkan, kadang banyak lika liku yang harus kita lewati untuk mencapai yang terbaik, kadang kita juga harus merasakan jatuh sakit agar kita terus belajar dan belajar dari kesalahan dan merubah pola pikir untuk terus bangkit menggapai cita.

Kesalahanlah yang menjadikan pelajaran bagi kita, kita harus tau kesalahan kita agar tak mengulangi kesalahan yang sama.
Kesalahan juga tak seharusnya membuat kita terpuruk, ingat ada Allah disisimu, dia selalu melihat seberapa besar usahamu.

Jika kamu belum mendapatkan apa yang kamu inginkan setelah begitu besar usahamu, berdoalah pada-Nya. Meminta segalanya pada Allah, Dia yang maha tahu apa yang terbaik untukmu, bahkan Dia akan memberikan yang lebih dari apa yang kamu pinta. Percayalah! Dia Tuhan yang adil, Dia bersama hambanya yang berusaha dan berdoa kepadanya.

"Ya Allah, kami menginginkan hal yang baik dan indah bagi kami atas usaha kami, tapi sungguh engkaulah yang tahu apa yang lebih baik bagi kami, lebih dari apa yang kami harapkan" Amiin.